Pasangan Hidup

I believe this is my first writing and my first blog in my life. Inspirasi untuk menulis ini datang dari hanya sebuah candaan teman di PO UI (dimana kami juga melayani Tuhan dalam wadah pelayanan yang sama yaitu PSPO UI (Paduan Suara Persekutuan Oikoumene) UI), named Agung (Fasilkom 2011). I am so nervous actually, kinda confused what should I write here. Namun, (tidak ada yang kebetulan di dalam Tuhan) Ia menaruh dalam hatiku untuk menuliskan mengenai perasaanku mengenai suatu hal yang sedang ku pergumulkan bersama-Nya yang sulit ku ceritakan secara utuh.

Cerita bermula ketika aku memimpin Persekutuan Doa sore untuk jemaat PO FMIPA-Farmasi tanggal 13 November 2011. Saat itu aku mensharingkan mengenai hal yang sedang Tuhan bukakan untukku selama 2 minggu terakhir, mengenai Kristus yang utama dalam hidupku. Flashback ke masa 1 tahun lalu, aku masih punya pacar yang sangat ku kasihi dan mengasihiku. Aku bahkan sudah berkomitmen untuk menjadikannya sebagai pasangan hidupku, labuhan terakhir cintaku. I love him with all of my love, passion, energy, and also selfishness (agak contrary memang karena saat itu aku masih belum mengerti betul esensi pacaran adalah untuk memberi bukan diberi). Ketika kami berpacaran hampir 4 tahun, hal itu semakin meyakinkanku bahwa dia lah yang Tuhan berikan untukku, melengkapi rusukku, Tapi satu hal ketika aku menjalani hubungan berpacaran kami, ternyata kami memiliki visi yang berbeda. Hal ini yang sering membuat kami bertengkar, bahkan hebat dan juga memalukan. Tapi dengan keyakinan yang ku taruh sendiri dalam loh hatiku bahwa dia lah yang Tuhan berikan untukku (padahal aku tidak pernah yakin, bahkan menanyakan kepada Tuhan apakah ini sungguh benar) sehingga meskipun dia merasa tidak cocok dan mau berpisah denganku, aku akan berusaha setengah mati mempertahankannya. Namun, satu momen Tuhan bukakan mataku bahwa aku terlalu mencintai pacarku ini dibandingkan Dia. Ketika pada akhirnya kami bertengkar hebat, Tuhan tutup jalanku dengannya ketika ia akhirnya tanpa kata putus mencari pacar yang baru. Dari situ aku merasa duniaku runtuh ketika sesuatu (dalam hal ini manusia) yang aku cintai dengan sangat, tidak Tuhan bela padahal aku yakin bahwa Tuhan berikan dia sebagai pasangan hidupku (menurut pikirku sendiri). Saat aku baru putus itu, teman sepelayananku Samuel (Farmasi 2011) merekomendasikan satu buku "I kissed dating, Goodbye". Aku membacanya dengan keputus-asaan dan saat itu Tuhan kasih aku satu visi "Single adalah anugerah, Aku hendak melakukan hal yang besar padamu, bertumbuhlah dalam Aku dan Aku akan mengaruniakan yang terbaik untukmu". Aku merefleksikan ketika aku berpacaran dulu, pekerjaan Tuhan terbatas atasku dan aku cenderung memiliki kondisi hati yang buruk ketika pelayanan dan aku merasa pertumbuhan rohaniku naik turun karena satu hal : pacarku adalah Tuhanku, dan Tuhan bukan siapa-siapa dalam hidupku. Dan melalui visi Tuhan itu, aku diajar oleh Tuhan untuk menjadi wanita yang bertumbuh dan utuh dalam Dia sebelum aku menemukan pria yang tepat yang juga telah Ia bentuk. Tetapi, sebagai orang yang telah memiliki pengalaman dikasihi dan mengasihi, aku juga selalu jatuh dalam perasaan-perasaan kepada seorang pria yang terkadang melemahkan visi Allah ini. Selain itu juga ada dorongan teman-temanku untuk aku dijodohkan dengan pria ini dan itu, semakin melemahkanku. Bahkan ada yang mempertanyakan keputusanku ini apakah memang benar dari Tuhan ataukah karena aku trauma. Well, I can only say that God is loving me so He opened my eyes dengan cara yang mungkin dapat kalian tertawakan namun sangat memproses aku. 
Kembali ke persekutuan doa sore itu, aku menceritakan sepenggalan kisahku ini kepada teman-teman PO FMIPA-Far dengan bercucuran air mata (hal ini karena aku memang tipe orang melankolis, aku saat itu membayangkan kasih Allah yang menyentuhku dan memprosesku tapi beberapa mungkin berpikir bahwa aku sedang tidak bisa "move on"). Dan secara tidak sadar, aku menjadikan teman-teman PO FMIPA-Far untuk menjadi saksi buatku tetap menjalankan visi Allah ini karena mereka akan ada untuk mengevaluasiku. Aku jadi ingat ketika sharing tersebut aku berkata bahwa untuk menjalankan visi Allah ini, aku selalu minta Tuhan tutup jalanku untuk berpacaran dan caranya adalah aku didekati pria yang aku tidak suka, sedangkan aku mencintai satu  pria yang bahkan tidak mengetahui keberadaanku (tau sih, cuma I'm nothing to him). Dan rasa cintaku terhadap pria ini terkadang menyita setiap perhatianku kepada Tuhan sehingga ketika pelayanan aku merasa Tuhan terkadang persulit aku untuk kembali berserah kepadaNya. Tapi Tuhan selalu baik dan memelihara setiap anak-anakNya, Dia selalu mengingatkanku bahwa pria yang kucintai ini adalah anak kekasihNya dan dia sedang diproses, dan Dia tidak akan memberikannya kepadaku yang masih belum siap. 
All i can say is, jangan pernah bercanda dan bergurau dan terburu-buru mencari pasangan hidup. Aspek ini yang menegurku dan memprosesku untuk menjadikan Tuhan yang terutama dan berotoritas dalam hidupku. Dan untuk mendapatkan pasangan yang baik yang Tuhan rencanakan, haruslah terlebih dahulu kita mencintai Tuhan dan mengenal-Nya untuk mengetahui siapakah yang sedang diproses-Nya untuk menjadi pasangan hidup kita.

Hari ini tetiba aku menangis karena suatu video. Video ini yang menguatkanku bahwa lebih baik aku menunggu pria yang siap ketimbang aku menjalin relasi dengan pria yang tidak siap menanggung suka-duka bersama aku. Enjoy it pals. God bless you

https://www.youtube.com/watch?v=PZu51MnqfF4#t=491

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOLO TRIP TO MUSEUM LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)

Mother

Cinta